Mengganggu Kesehatan Manusia
Limbah cair kelapa sawit juga memiliki dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Jika limbah mencemari sumber air minum, maka manusia yang mengkonsumsi air tersebut dapat terkontaminasi patogen penyebab berbagai penyakit perut dan pencernaan. Seperti diare, tipes, kolera, keracunan makanan, atau infeksi parasit.
Beberapa kasus limbah juga dapat menyebabkan iritasi dan gangguan kulit, apabila manusia terpapar langsung dengan zat-zat kimia dalam limbah. Reaksi alergi, dermatitis, atau bahkan luka bakar kulit dapat terjadi akibat paparan yang berkepanjangan atau berulang.
Organic (COD/BOD) Tinggi pada Industri Kelapa Sawit
COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah dua parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat polusi organik dalam air limbah. Keduanya mengukur banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengurai bahan organik dalam air, dengan perbedaan bahwa COD mengukur bahan organik yang dapat teroksidasi secara kimiawi, sedangkan BOD mengukur bahan organik yang dapat terurai oleh mikroorganisme dalam kondisi aerobik.
Pada industri kelapa sawit, proses pengolahan menghasilkan limbah yang kaya akan bahan organik, seperti sisa-sisa minyak sawit, air kelapa sawit (palm oil mill effluent, POME), dan cairan lain yang tercampur dengan bahan-bahan organik yang berasal dari proses pengolahan tandan buah segar (TBS). Kandungan COD dan BOD yang tinggi dalam air limbah ini berpotensi menurunkan kualitas air, mencemari ekosistem perairan, dan menyebabkan dampak lingkungan yang serius.Berikut dampak COD/BOD Tinggi:
COD dan BOD yang tinggi dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut dalam badan air. Mikroorganisme yang mengurai bahan organik ini akan memerlukan oksigen yang tinggi, sehingga menyebabkan penurunan oksigen di air yang merugikan kehidupan akuatik.
Solusi Pengolahan WWTP Limbah Cair dengan TSS dan Organic (COD/BOD) Tinggi pada Industri Kelapa Sawit
Untuk mengatasi tantangan TSS dan COD/BOD tinggi dalam air limbah industri kelapa sawit, berbagai teknologi dan metode pengolahan air dapat diterapkan. Beberapa solusi efektif yang dapat digunakan meliputi:
Pencemaran Air dan Udara
Dampak yang paling nyata adalah pencemaran air dan udara. Limbah cair kelapa sawit mengandung banyak zat organik, seperti minyak dan lemak, serta bahan kimia seperti limbah pabrik pengolahan dan pestisida.
Jika tidak diolah dengan benar, maka limbah tersebut dapat mencemari sungai dan danau yang secara tak langsung akan mengurangi kualitas air serta merusak ekosistem air.
Limbah cair tertentu juga dapat menghasilkan gas yang mencemari udara, yang dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi manusia dan hewan. Seperti gangguan pernapasan, iritasi mata atau hidung, dan bahkan penyakit paru-paru.
Dampak terhadap Ekosistem
Jika air limbah dengan TSS tinggi dibuang langsung ke lingkungan tanpa pengolahan yang memadai, partikel padat tersebut dapat mencemari sungai atau danau. Hal ini dapat merusak habitat akuatik, mengurangi oksigen terlarut, dan menyebabkan penurunan kualitas air secara keseluruhan.
DIAC-XArtificial Intelligence WWTP
FLOWREXDissolved Air Flotation
%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 595.4 841.8] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S>> endobj 4 0 obj <> stream xœ[Ýsܶ׌þ>ò2E üì›�ÖM]7qku:»ºœ¤S)Ý].b3ùï‹Åâ› zœŒ-Xìço ¹|{{yqóŽd„d·—$+ùÿ$«Ëªhë¬&ECëìöåò¢Ìá¯?_^|ÎÙæ?ÙíûË‹?ñÅooU¤,˜³êsžEh aEÅ2Ö4J{óŽf„:ŠÑŠe—µU]´\ö—M#þÙ-üøqSçï7פÉßðý“ÿyÃ+Åxöqs�cŸ8å-NüuC§ ëɺ²h™+pÁ¦–‘¢�ÑÞ¼c¾Mjé _6q…\ÖôYFRDµcUQÕ.}”¶ê'´ž6×”ä/îÙ톲ünÏ}˜ OÞƒoŸ7×U~'O‚(OßýÆ׶ùL¾FdÒ†U7¯_È{RÕ¶)ÚN#‚‹?ìÆ_¹èW�y~ݸ®UŸŽžu~ºåqˆÁß8D¤¶ü/>É(NìµY½·†g¨\*X�ÈKð>lH›G´ü}Ã.;g>-N½ 0â F÷‚¸®Bƒ—â1òÚ‰¥[TÎ"¹©ë¢WÙù3¬K…˜3çM;–ï€Ï�åR%FÌÓü¿Âj zÑÚiÿ Áæî• bê|%™�tÚ úuæà ¿±¼ï¹éÔõ@Ì[UÉóÎóÖú¢lB9HÑbà�¶ƒJí«”x± 0j°ÒOBÔùø?î1ðuWtµË#*¯©ŠÆ£Ý�Ú †VÜkåp™Ø3ùÛ3Ч8‚Šêi.§Ð…[L¡A÷nJž´––á|‡Ù/b—Ã{åÇýñJѲì¿l Te>:¤*jå7P†'c§Ü÷Pc fªðÔÞøgp1�D³îãó¾÷,Öƒ62É8íÁâ8zÉÅ ·zåXàȺà=Ý0,eMÙ8Ṁ)4s<ßäVŠåäΦŽÀÂ`÷EîR‚0fØù}©vテÈQ‘¼ºÜ§8µeQNýݵ °5ã)û’ó Žå6´Ë�B‰Á$Ïž/”ç‹:7(¬ðÝZñ‹ø¹ uU1¦7Ê“rèx~„„ÄßJH6 _öj õã£F^fÅòg]:_t4$&&µhÞ�5-j&•Õ¼N^¨³Áʇ:joÂ2çD5‘%Ðì‚ Õj³3;“ðR"âCT¿dXIð¬A…övÚ�¬£U@¼Ú’PpD`ø”ís¥×9© ðÃwKm€èbGš Óù°ët�¦�=dñº’«ìiS|1-‡ÑKO½'º�–yU¨q¶žÉ¶Ãç宓‰\3Yt×.}ÂÄTH8IÔ„À‘Ýø¬—ºEKÅÉvó y �7*pòxÛlÃ[�ÙŒx³# Ò›õÙVgk¶þŒ±C¿r0ÏX%nK rˆ¼Xµ]Q+0:ºéÝQÜØTÉ`öaS…"ò½‰�ÊÝúP$Ä„�žŸb¡Øé¸'8öÙ´¿pR~ÚéøÙ\\ñK[Sð{>wK—�ï//þõ]v0dÉh„Ì=¥28yVü Ê”dméùNWio#<[Êýý«S~ȧ+8s¹"cZ‘¢lŒá-è;5\�uF~ˆÌ‘ßq_»âuÐð^#·5ßе‚å O°“5]Ñš WeAYÀNAfü$s.S\<Ç”#ÿ½xN3ʤ٧|SW˪8M,Ø*})¸´uA4\Ê¢*ùqFpøθ‰p–©ªÎ°jC¬”)ŠëùªóY±tô‰¬d¬š¢'6Øù�`:a”ÎÉGZMUõp]ÖO ?ço¡*ÿ$÷Çhò¥‹©j‘ö1³)¨ÌÕ�÷ÍU“z„éÜS(¿_ÔÐþ î;±,L–ÄH”4›‹Ò`|ß`+T#Bç>Û`¸À׃Ç�£,š‚éXpý xsš:„ö”çב6 –z¿)�TÌk¿€ ‘) Sªª3¬Ú+]%+U@|*, ’•* .‘U@-˜) UÑ„Ë�E¨BŃÕEk{ïûŸøί©ÜeÍð¹Ï–e &èÄ@ ©Bˆêz¥â½¹à••©�Âñ¸aùM¼^¬ÄHû·/h¶nH«%â'V+,¡2AªPÍðϟ˺Tî²`øÜãõ"•±¬>ãêÛ¨-KEUº‘³˜n@¶"ÝÄÏRAŸŸwæ4)ï·æm^çñ5š›©ªô¼ÒtSUfsSyc!7¥ ës“»§_“›ëÉÜôÍ榴z)7Q™„ì¡‚Üw<í¢ Oå\‰wÆi!U ç•‚$ ÈV ¼lÜÚ7pþC
%PDF-1.7 %âãÏÓ 1 0 obj <> endobj 2 0 obj <> endobj 4 0 obj <> endobj 5 0 obj <> stream xµ[[oÜÆ}ç¯`“¥–2ºÜÞiA b5rí:\išØȃ�(�‡Àÿè7—sfÈ¡´‘ +“3ßå|÷áä·ü}þ[~¾û¢óÏ_reÿûòY©ªnÝ¿ÍzÌûZWS�þ5õ�·½}'?Í4TJ)�uŸ=üšŸê\çÿÉË?]çÿË¿{°,¶ÒÓµ®«ºÏOu3, ~,÷Qlºª�V)î‘*Ÿê¶©÷+puþð9ïðò3NM5Mµ\GOYзpß®~ 8µ¢½×(^í¡§UkEL%ü9/?–‡ëü$¶ÎËüí„¿:üÁ'\tU\gv׈i¡�%—umü27>åo/øVæ|5@¡»®©†n4¢çÎWî(zt„zRz"áEßOèµMSi5vyJo‹éSzbú~�Þ.}Û±øT“Ê'¦¯¾ñÆyÿ,wó]éëÌYó˾÷˯`Ô[ÿà/þ÷æ_Ø}sEg¸ùÑ=ÌJÐy·É|ÞŠ|Aõu¥'mtYÚlz½jªqèI•H £\Á¦‡&¯½r&•YW®ý¯ÆÂýÔ(]õyù5@û;Ðfƒßmºß„Gâ+S]W£ê'#¿÷e¨ÀŸ=Ÿ£ÿ-Ä¿ø¢�‹[Ñ"Q¦šú¾Äü¾ä®QPWHlïĺÑm¥j�}Åÿ€|Àò;¯Áß¼ŽD~ôr ªƒXÆ©xÆÖ"Úð5èð69D«ÎG>6_yrX‡}¤ôõ³àÑŒÎÉ-8 Ÿùçt(À[4ÊNZëj”@æÃ[£� ù¹;ypï#µˆsüÞÑ�ò2¼/ œ»ü³²Áî$r H$l ª(ïùXx#d%8€¦5¨QTz(šcÁ]4Êr‹7R¶©½Y1Ò©|˜ÁJ™Ä»/y�+Ñõ…QRz™t)À³^×NYlu F(;l ¥†º¾ƒŽ9²\‹c±34õ8UcS‹ðƒÏ¶^íòfC¥LC½V}ÕJ¦JèI¶…²P‡ŽI½ ÏÂÕ lH‡óAcÙDˆH8ª7²hC²Jòê¦R£´¥‰#äåd¨B¸B-±¡ËGÅmA¶I‘àÈœqÒ}Z¶è~ÌmÔß@Ó×CÕÆ¬à„”0AvüÛœß4$?,óEÑ9 _N°èQ{CŠHFIº.�³¤„±ô°4ÞÎÕ�ɦÌÇ!!wxʱÖàR4¯QVB)�\*1fš¾¥½M�i2ÞÅ~t…`§¤á[£'à<Ÿ^ð¶zX¤ Û�´‹Ûcâ ÄQxKªîX©²Òf³=��íT }+³á`Òq&Ó+ÒqÈ#+Æ?Ã|L¨°�oD&Š)†mÅ-› lŒ�Ä©÷(d%½‰²�:‘mÄE3Eƒ€!uðCƒ3Â@‘,(´QîSvqK<*x@#g nÀ39.¸…PFLä,Õ”81ìñÀŠ»ˆxš$?±s°ágž6*¢-]+ŽÆÝ,�¿¼ýñõ›}¡©u?T£—œDïEúÏ%eS«Hi×ýìŒy#ª#ó¶Ï醜Éï3%�˜ &=ºVÐ – rðH:¯mª]Bž¹”Å9¡/"9¯CãÐ{¢=x_§Òü“ðEdš–Jf¡rÞÄ;ñ¡*D#»§ÒqZ{ÜZ™•¾˜ûtæž%Ðá°¦½ð€©IZzG#ä1mr²LÃËõþÛ‘�r& ;P‚
Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu usaha hasil pertanian yang terpenting di Indonesia. Industri kelapa sawit menghasilkan limbah berupa Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS), Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), dan padatan organik yang berasal dari hasil proses pengolahan tandan buah segar (TBS). Limbah cair dari industri kelapa sawit yang tidak diolah dengan tepat akan menyebabkan timbulnya bau tak sedap pada badan air karena tingginya kandungan bahan organik, minyak dan lemak, dan padatan total tersuspensi. Penelitian ini bertujuan merancang unit pengolahan limbah cair industri minyak kelapa sawit agar sesuai baku mutu Permen LHK RI No 5 Tahun 2014. Karakteristik air limbah kelapa sawit adalah pH 4,2, minyak dan lemak 4.000 mg/L, BOD 278 mg/L, COD 620 mg/L, TSS 18 mg/L, dan Total Nitrogen 750 mg/L. Pengolahan air limbah dapat dilakukan menggunakan teknologi secara fisik, kimia maupun biologis. Unit pengolahan dari industri kelapa sawit terdiri atas sumur pengumpul dan bar screen, grit chamber vortex, grease trap, dissolved air flotation (DAF), netralisasi, koagulasi, flokulasi, bak ekualisasi, sequencing batch reactor (SBR), desinfeksi, sludge drying bed (SDB). Perhitungan neraca massa dari pengolahan di setiap unit menjadi faktor penting agar dapat mengetahui aliran massa semua beban pencemar yang masuk dan keluar tiap unit pengolahan.
Abdul Fatah Ismail, Universitas Jember
Program Studi S1 Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember
Jl.Kalimantan 37, Sumbersari Jember 68121
Yeny Dhokhikah, Universitas Jember
Program Studi S1 Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember
Jl.Kalimantan 37, Sumbersari Jember 68121
Tafany Salsabila Eka Pramudita
Program Studi S1 Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember
Jl.Kalimantan 37, Sumbersari Jember 68121
Ana Surya Aniska, Universitas Jember
Program Studi S1 Teknik Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember
Jl.Kalimantan 37, Sumbersari Jember 68121
Heryadi, H., Agribisnis, P. S., & Fmipa-ut, J. B. (2013). Pupuk Organik Cair Dan Potensinya Dalam Meningkatkan Produksi Tanaman Cabai ( Capsicum Annum ). 14(Maret).
Indriyani, Y. H. (2005). Pengaruh Rasio Penggunaan Limbah Ternak dan Hijauan terhadap Kualitas Pupuk Cair. Pangan Kanisius. Yogyakarta
Kurniawan, E., Ginting, Z., & Nurjannah, P. (2017). Pemanfaatan Urine Kambing Pada Pembuatan Pupuk Organik Cair Terhadap Kualitas Unsur Hara Makro (NPK). Seminar Nasional Sains Dan Teknologi, 23, 1–10. jurnal.
Leni Maulinda. (2013). Pengolahan Awal Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit Secara Fisika. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 2(November), 16–30.
Lubis, Fristyana Sosanty, dkk. (2014). Kajian Awal Pembuatan Pupuk Cair Organik Dari Effluent Pengolahan Lanjut Limbah Cair Kelapa Sawit (LCPKS) Skala Pilot. Jurnal Teknik Kimia USU, vol. 3, No. 1
Meriatna, M., Suryati, S., & Fahri, A. (2018). Pengaruh Waktu Fermentasi dan Volume Bio Aktivator EM4 (Effective Microorganisme) pada Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dari Limbah Buah-Buahan. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 7(1), 13. https://doi.org/10.29103/jtku.v7i1.1172
Nur, T., Noor, A. R., & Elma, M. (2016). Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Sampah Organik Rumah Tangga Dengan Penambahan Bioaktivator EM4 (Effective Microorganisms). Konversi, 5(2), 44–51. https://doi.org/10.20527/k.v5i2.4766
Nursanti, I. (2013). Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit pada Proses Pengolahan Anaerob dan Aerob. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 13(4), 67–73.
Rahardjo, P. N. (2006). Teknologi Pengelolaan Limbah Cair Yang Ideal Untuk Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal Air Indonesia, 2(1), 66–71. https://doi.org/10.29122/jai.v2i1.2291
Rahmasita, dkk. (2017). Analisa Morfologi Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Penguat Komposit Absorpsi Suara. Jurnal Teknik Its Vol. 6, No. 2
Ahmad, A., Tjandra, S., Mindriany, S., dan Oei, B.L. 1999. Bioreaktor Berpenyekat Anaerob Untuk Pengolahan Limbah Cair Industri Yang Mengandung Minyak dan Lemak. Prosiding Seminar Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo. ITB, Bandung.
Ahmad, A. 2001. Biodegradasi Limbah Cair Industri Minyak Sawit Dalam Sistem Bioreaktor Anaerob. Disertasi. ITB, Bandung.
Ahmad, A, 2004. Teknologi Bioproses Dalam Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. Seminar TOPI. ITB, Bandung.
Ahmad, A. 2009. Dasar-dasar Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri. Unri Press, Pekanbaru.
Anonim. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Subdit Pengelolaan Lingkungan Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP. Departemen Pertanian, Jakarta.
Anonim, 2009. Laporan Market Intelligence Industri Palm Oil Di Indonesia November 2009. http://www.datacon.co.id/CPO1-2009Sawit.html. Akses 24 Februari 2009.
APHA, AWWA & WPCF. 1992. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. American Public Health Association, Washington DC.
Chin, K.K. 1981. Anaerobic Treatment Kinetics of Palm Oil Sludge. Water Res., 15, 199-202.
Eckenfelder, W.W dan Musterman, J.L. 1995. Activated Sludge Treatment of Industrial Wastewater Treatment. Technomic Pub. Co. Inc. Pennsylvania.
Firmansyah, A dan Saputra, A. 2001. Pengolahan Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit Dengan Bioreaktor Membran Anaerob. Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri. ITB, Bandung.
Fithri, R. 2009. Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Di Kabupaten Kampar. Tesis. UNRI, Riau.
Ghosh, S dan Klash, D.L. 1978. Two Phase Anaerobic Digestion, Process Biochemestry. April.
Grady, Jr, C.P.L dan Lim, H.C. 1980. Biological Wastewater Treatment, Theory and Ahallication. Marcel Dekker, Inc, New York.
Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Yrama Widya, Bandung.
Hartono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Isroi, 2008. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. www.isroi.wordpress.com. Akses 13 Juni 2009.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Kep – 51 / MENLH/ 10/ 1995. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
Latif, S.Y.B. 2008. Dampak pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit Terhadap Kandungan Bahan Organik dan Nitrogen Dalam Tanah. Tesis. UNRI, Riau.
Loebis, B dan Tobing, P.L. 1988. Hasil Sigi Pengendalian Air Limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit. Seminar Nasional Pengendalian Limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit dan Karet. Medan.
Malia, F. 2009. Peranan Mikroorganisme Tersuspensi dan Terlekat di Fase Terlekat pada Bioreaktor Hibrid Upflow Anaerob Menggunakan Media Bambu untuk Biodegradasi Molase dengan Pengaruh Pembebanan Organik dan Waktu Detensi. http://www.itb.ac.id. Kategori Tesis/Skripsi, 23 November 2009.
Manik, K.E.S. 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Edisi Revisi Terbaru 2007. Djambatan, Jakarta.
Ng, W.J.K Wong dan Chin, K.K. 1985. Two Phase Anaerobic Treatment Kinetics of Palm Oil Waste. Wat. Res 19 (5).
Nugrahini, P. 2008. Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II, http://www.che.itb.ac.id/sntki2009/daftar/prosiding/TPL05.pdf, Akses, 29 November 2009.
Rahmayetty. 2003. Pengolahan Limbah Cair Industri Minyak Kelapa Sawit dengan Kombinasi Proses Anaerob Dua Fasa dan Membran. Tesis Magister Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Sinaga, L. 1992. Perubahan Koalitas Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit Selama Proses Pengolahan Dalam Kolam Pengendalian.
Soehadi Reksowardojo 1999: Menuju Perwujudan Industri Proses Dengan Produksi Bersih. Litbang UPPT – PT. Pupuk Kalimantan Timur. ITB, 19 – 20 Oktober 1999.
Southworth, A. 1979. Palm Oil Factory Effluent Treatment by Anaerobic Digestion in Langoons. Proc. 35th ind. Waste Conf. Purdue University. Purdue.
Speece, R.E. 1996. Anaerobic Biotechnology for Industrial Wastewater. Tennessee, USA.
Suharno, 2009. Pelepah Sawit Sebagai Pakan Ternak Alternatif. www.disnak.jambiprov.go.id/content.php. Akses 13 Juni 2009.
Sulaeman, 2008. Zero Waste: Prinsip Menciptakan Agro-industri Ramah Lingkungan.http://203.190.36.25/layanan_informasi/pengolahan_hasil_pertanian/zero_waste_dlm_agro-industri.pdf. Akses, 20 Maret 2010.
Supranto. 2001. Kinetika Pengeringan Pelapah Kelapa Sawit. Prosiding Seminar Nasional: Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia 2001. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Surabaya, 8 -9 Nopember 2001.
Suprapto.2010. Klaster Industri Sawit Riau. http://riaubisnis.com/index.php/opini-news/50-opini/274-klaster-industri-sawit-riau-. Akses 13 Juni 2009.
Syafila M., A. H. Djajadiningrat, M. Handajani. 2003. Kinerja Bioreaktor Hibrid Anaerob dengan Media Batu untuk Pengolahan Air Buangan yang Mengandung Molase. Prociding ITB Sains & Tek. Vol. 35 A.
Thanh, N.C. 1980. High Organic Wastewater Control and Management In The Tropics, Water Pollution Control Conf. CDG. AIT-ERL, Bangkok.
Umar, S. 2009. Potensi perkebunan kelapa sawit sebagai Pusat pengembangan sapi potong dalam Merevitalisasi dan mengakselerasi Pembangunan peternakan berkelanjutan. USU, Medan.
Vigneswaran, S, 1996. Anaerobic Wastewater treatment-Attached Growth and Sludge Blanket Process. Tenessee, USA.
Widjaja, T., A. Altway, P. Prameswarhi, dan F. S. Wattimena. 2008. Pengaruh HRT dan Beban COD Terhadap Pembentukan Gas Metan pada Proses Anaerobic Digestion Menggunakan Limbah Padat Tepung Tapioka. Institut Teknologi Surabaya, Surabaya.
Willyanto, S. 1999. Pembuatan Pulp Kertas Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Secara Biokimia-Mekanis. Prosiding Seminar Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo 1999: Menuju Perwujudan Industri Proses Dengan Produksi Bersih. Litbang UPPT – PT. Pupuk Kalimantan Timur. ITB, Bandung.
Operasional industri kelapa sawit di Indonesia tak pernah lepas dari masalah lingkungan yang serius terkait limbah cair kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME).
Pasalnya, jika tidak Anda kelola dengan baik, maka proses pengolahan kelapa sawit akan menghasilkan POME dengan kandungan berbagai zat organik dan kimia yang berpotensi mencemari lingkungan.
Mulai dari air (95%-96%), minyak (0,6%-0,7%), dan padatan sisa-sisa buah sawit yang memiliki nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) yang sangat tinggi.
Melalui artikel ini, kita akan mengetahui terlebih dahulu dampak limbah cair kelapa sawit bagi lingkungan. Kemudian kita juga akan mengetahui bagaimana cara mengolah limbah kelapa sawit tersebut dengan mesin Reverse Osmosis (RO).
BIOGENIC Waste to EnergyANAPAK & Biogas
Cara Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit
Teknologi Reverse Osmosis (RO) dapat digunakan dalam pengolahan limbah cair kelapa sawit. Namun, sebelum proses RO dilakukan, limbah cair tersebut harus melalui beberapa tahapan awal untuk memperoleh kualitas yang memadai. Tahapan-tahapan tersebut meliputi proses aerobik, anaerobik, clarifier, dan lain sebagainya. Tujuannya adalah untuk menghilangkan sejumlah besar kontaminan dan mengendalikan konsentrasi zat-zat terlarut sebelum airnya diolah menggunakan RO.
Proses RO pada limbah cair kelapa sawit bertujuan untuk menghasilkan air yang dapat digunakan kembali, dalam konsep yang disebut sebagai “reuse” air. Air yang telah melalui tahap RO tersebut dapat digunakan kembali untuk keperluan toilet, irigasi, atau aplikasi lainnya.
Namun, perlu dicatat bahwa sistem ini jarang digunakan dalam industri kelapa sawit. Lebih sering, penggunaan sistem RO untuk air “reuse” terjadi di apartemen, hotel, mall, dan tempat-tempat lain yang memiliki kebutuhan air tinggi, tetapi pembelian air PDAM terlalu mahal.
Penggunaan teknologi RO dalam pengolahan limbah cair kelapa sawit atau dalam konsep “reuse” air merupakan solusi yang berkelanjutan dan dapat membantu mengurangi konsumsi air bersih serta mengoptimalkan penggunaan sumber daya air.